Megadewa88 portal,Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus ekonom terkemuka, Purbaya Yudhi Sadewa, menyampaikan analisisnya mengenai laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Purbaya, perekonomian nasional saat ini cenderung menunjukkan pola yang stagnan, dengan angka pertumbuhan yang konsisten berada di kisaran 5 persen. Penilaian ini memicu diskusi mendalam mengenai potensi peningkatan yang lebih agresif di tengah berbagai dinamika global dan domestik.

Angka Konsisten di Tengah Tantangan Global

Purbaya menyoroti bahwa dalam beberapa periode terakhir, data resmi menunjukkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia selalu berkutat di sekitar angka psikologis lima persen. Meskipun angka 5 persen tergolong baik dan menunjukkan stabilitas di tengah ketidakpastian ekonomi global, ia menekankan bahwa angka tersebut juga mengindikasikan adanya kesulitan bagi perekonomian untuk melompat ke level pertumbuhan yang lebih tinggi, seperti 6 atau 7 persen.

Menurutnya, konsistensi di angka 5 persen ini dapat diartikan sebagai titik keseimbangan baru (ekuilibrium) yang sulit ditembus. Agar pertumbuhan dapat melaju lebih cepat, diperlukan stimulus dan reformasi struktural yang lebih berani dan mendasar. Stagnasi di angka ini, meskipun stabil, dapat menghambat upaya pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja yang memadai dan mengurangi angka kemiskinan secara signifikan.

Faktor-faktor Penghambat Akselerasi Pertumbuhan

Dalam analisisnya yang terperinci, Purbaya mengidentifikasi beberapa faktor utama yang disinyalir menjadi penghalang bagi akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satunya adalah rendahnya investasi di sektor-sektor manufaktur padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Selain itu, ketidakpastian regulasi dan birokrasi yang kompleks juga masih menjadi keluhan utama bagi calon investor, baik dari dalam maupun luar negeri.

Faktor lain yang turut memengaruhi adalah daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih. Meskipun inflasi terkendali, peningkatan pendapatan riil masyarakat belum cukup kuat untuk mendorong konsumsi rumah tangga secara masif. Purbaya juga mengingatkan tentang perlunya perbaikan infrastruktur dasar di luar Jawa yang dapat membuka akses pasar baru dan menekan biaya logistik nasional yang masih tergolong tinggi.

Sektor BUMN dan Peran Strategis dalam Mendorong Pertumbuhan

Sebagai Wakil Menteri BUMN, Purbaya menekankan peran vital perusahaan-perusahaan pelat merah dalam memecah siklus stagnasi ini. BUMN, dengan modal dan kapasitas yang besar, diharapkan menjadi lokomotif utama investasi di sektor-sektor strategis yang high-impact. Ia menyebutkan bahwa BUMN harus lebih proaktif dalam proyek-proyek yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor untuk memperbaiki neraca perdagangan.

Inovasi dan digitalisasi di tubuh BUMN juga dianggap krusial. Purbaya berharap BUMN dapat menjadi contoh dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dan efisiensi operasional, sehingga laba yang dihasilkan dapat dikembalikan kepada negara dalam bentuk dividen dan digunakan untuk membiayai program-program kesejahteraan rakyat.

Solusi Jangka Panjang: Reformasi Struktural dan Kualitas SDM

Untuk keluar dari ‘jebakan’ pertumbuhan 5 persen, Purbaya menegaskan bahwa solusi jangka panjang terletak pada reformasi struktural yang holistik dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Reformasi ini mencakup penyederhanaan perizinan, peningkatan efisiensi sektor publik, serta perbaikan sistem perpajakan.

Baca Juga:Sekda Jadi Penentu Program Daerah, Kata Mendagri

Lebih dari itu, ia menekankan pentingnya investasi besar-besaran di bidang pendidikan vokasi dan pelatihan keterampilan. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan tidak akan tercapai tanpa didukung oleh tenaga kerja yang terampil, inovatif, dan mampu bersaing di pasar global. Analisis tajam dari Purbaya ini menjadi pengingat bagi seluruh pemangku kepentingan untuk tidak berpuas diri dengan stabilitas, melainkan berani merencanakan langkah-langkah transformatif untuk mencapai pertumbuhan yang lebih eksplosif dan inklusif.