Megadewa88 portal,BEIJING – Di tengah ketegangan geopolitik yang terus membayangi rantai pasok semikonduktor global, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) baru-baru ini mengambil langkah mengejutkan dengan melonggarkan pembatasan ekspor untuk jenis chip tertentu yang ditujukan bagi penggunaan sipil, termasuk di Amerika Serikat (AS). Keputusan ini, yang diumumkan oleh Kementerian Perdagangan Tiongkok, dinilai sebagai upaya taktis Beijing untuk meredakan krisis pasokan di sektor-sektor non-militer, sekaligus menanggapi desakan dari mitra dagang, terutama di Eropa.

Fokus pada Chip Nexperia dan Kebutuhan Otomotif
Pelonggaran yang diresmikan oleh Beijing ini secara spesifik menyasar pada chip yang diproduksi oleh Nexperia, sebuah perusahaan semikonduktor yang dimiliki oleh Tiongkok dan berbasis di Belanda. Meskipun Kementerian Perdagangan Tiongkok tidak memberikan definisi rinci mengenai “penggunaan sipil”, langkah ini dipandang sebagai respons terhadap kelangkaan pasokan yang memukul industri global, khususnya sektor otomotif dan elektronik konsumen.
Sebelumnya, pembatasan ekspor yang ketat dari Tiongkok telah menimbulkan kekhawatiran serius di antara produsen mobil Jerman dan Jepang yang bergantung pada komponen kritis buatan Tiongkok. Melalui pengecualian ini, Beijing berpotensi meringankan gangguan pasokan global, seiring dengan laporan dari perusahaan-perusahaan di Eropa dan Jepang yang menyebut pengiriman chip Nexperia buatan Tiongkok telah kembali normal.
Manuver Balasan di Tengah Pembatasan AS
Keputusan Tiongkok ini tidak terlepas dari konteks perang dagang teknologi yang sedang berlangsung. Sejak beberapa waktu terakhir, AS secara berturut-turut telah memberlakukan pembatasan ekspor yang sangat ketat terhadap chip canggih, terutama chip memori high-bandwidth (HBM), dan peralatan pembuat semikonduktor ke Tiongkok. Kebijakan Washington ini bertujuan utama untuk menghambat kemajuan Tiongkok dalam pengembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) dan sistem pertahanan militer.
Tiongkok seringkali menuduh AS menyalahgunakan konsep keamanan nasional untuk melakukan penindasan ekonomi dan mengganggu rantai pasokan global. Dengan melonggarkan ekspor chip untuk keperluan sipil, Beijing mengirimkan sinyal diplomatik bahwa mereka bersedia untuk menjaga stabilitas perdagangan di ranah non-strategis, sekaligus memberikan tekanan balik agar AS juga mempertimbangkan untuk melonggarkan kontrol ekspor terhadap teknologi canggih yang sangat dibutuhkan Tiongkok, terutama menjelang pertemuan tingkat tinggi antar kedua negara.
Implikasi Diplomatik dan Ekonomi
Langkah Tiongkok ini bersifat taktis ganda. Secara ekonomi, pelonggaran ini dapat meredam keresahan global akibat kelangkaan komponen, yang secara tidak langsung juga menguntungkan industri Tiongkok dengan memastikan aliran permintaan tetap terjaga. Secara diplomatik, tindakan ini berfungsi sebagai isyarat itikad baik (atau carrot) kepada AS dan Uni Eropa, menunjukkan bahwa Tiongkok bersikap pragmatis dalam perdagangan, sekaligus mengharapkan adanya timbal balik.
Baca Juga:Strategi Kunci: Modernisasi Kilang Pertamina Demi Kemandirian Energi Nasional
Namun, ketegangan mendasar tetap ada. Permintaan Tiongkok untuk akses yang lebih mudah ke chip HBM—yang vital untuk AI canggih—masih menjadi titik gesekan terbesar. Tiongkok terus mendesak agar AS menghapus sanksi yang dinilai merugikan perusahaan semikonduktor global, termasuk produsen AS sendiri seperti Nvidia, yang sebagian besar penjualannya ditopang oleh pasar Tiongkok. Sementara Tiongkok menunjukkan kelenturan di bidang sipil, perhatian utama tetap terfokus pada pertarungan dominasi teknologi di bidang militer dan kecerdasan buatan.

Tinggalkan Balasan