Megadewa88 portal,Jakarta – Paradigma umum yang menganggap bahwa semakin berat olahraga yang dilakukan maka semakin besar manfaat kesehatannya kini mulai dikoreksi secara tajam oleh komunitas medis. Para ahli jantung dan kedokteran olahraga menyuarakan peringatan serius mengenai risiko berbahaya yang ditimbulkan oleh aktivitas fisik yang dilakukan secara berlebihan atau dengan intensitas ekstrem terhadap kesehatan jantung, yang ironisnya bertolak belakang dengan tujuan awal berolahraga.

Peringatan ini semakin relevan mengingat meningkatnya popularitas olahraga ketahanan (endurance) seperti maraton dan triathlon di kalangan masyarakat awam yang belum tentu memiliki persiapan fisik layaknya atlet profesional.
Batasan Kapasitas Fisik dan Risiko Stres Oksidatif
Menurut spesialis kedokteran olahraga, melakukan olahraga berat secara berlebihan dapat memicu reaksi biokimia dalam tubuh yang justru merusak. Salah satu mekanisme utama yang disoroti adalah produksi radikal bebas yang sangat tinggi. Meskipun radikal bebas dalam batas tertentu dapat memicu adaptasi positif, kelebihan produksi akibat latihan ekstrem dapat menyebabkan stres oksidatif yang merusak sel-sel tubuh, termasuk sel-sel otot jantung.
“Olahraga yang terlalu dipaksakan hingga melampaui batas kapasitas tubuh akan menghasilkan radikal bebas yang berlebihan, dan dampak akumulatifnya malah merusak jantung,” jelas seorang dokter dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO).
Stres berlebihan pada jantung ini dikenal sebagai remodeling jantung akibat olahraga atau, dalam kasus yang ekstrem, dapat menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai “jantung atlet” patologis, di mana perubahan struktural jantung yang terjadi tidak lagi bersifat adaptif, melainkan meningkatkan risiko kejadian buruk pada jantung (cardiac event).
Miskonsepsi Kebugaran dan Ancaman Henti Jantung Mendadak
Para dokter juga menyoroti miskonsepsi yang masih diyakini masyarakat, yaitu anggapan bahwa semakin berat olahraga yang dilakukan, maka semakin sehat tubuh. Anggapan inilah yang kerap mendorong individu non-atlet untuk memaksakan diri dalam perlombaan atau sesi latihan yang sangat berat, meningkatkan kerentanan mereka terhadap kondisi yang tidak diinginkan, termasuk henti jantung mendadak.
Meskipun olahraga secara umum adalah teman terbaik bagi jantung (terbukti efektif menurunkan tekanan darah dan risiko obesitas), olahraga yang terlalu intens tanpa jeda pemulihan yang memadai dapat memberikan tekanan yang melampaui batas toleransi jantung. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko fibrilasi atrium—gangguan irama detak jantung yang tidak beraturan—yang pada akhirnya dapat berujung pada gagal jantung atau stroke.
Baca Juga: Thailand Dilanda Lonjakan Kasus Flu, 700 Ribu Warga Tertular
Untuk menjaga kesehatan jantung, para ahli menyarankan olahraga yang bersifat kardio atau aerobik dengan intensitas ringan hingga sedang, seperti jalan kaki, jogging santai, bersepeda, atau berenang, yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan. Penekanan utama kini beralih dari ‘berat’ menjadi ‘teratur’ dan ‘terukur’, serta pentingnya melakukan screening kesehatan, terutama bagi individu dengan faktor risiko, sebelum terjun ke dalam aktivitas fisik dengan intensitas tinggi.

1 Komentar