Megadewa88portal,Jakarta – Produk mi instan asal Indonesia kembali menjadi sorotan setelah Indomie Soto Banjar Limau Kulit di tarik dari pasaran Taiwan. Otoritas setempat, Centre for Food Safety (CFS), menemukan adanya kandungan etilen oksida (EtO) atau residu pestisida yang melebihi ambang batas aman dalam salah satu batch produk dengan kedaluwarsa 19 Maret 2026.

Kasus ini langsung menimbulkan perhatian besar, mengingat Indomie adalah merek global yang populer dan di konsumsi masyarakat di banyak negara. Pemerintah melalui BPOM RI menyatakan telah menindaklanjuti laporan tersebut dan memastikan pengawasan lebih ketat pada produk mi instan yang beredar di pasar domestik maupun ekspor.
Risiko Etilen Oksida bagi Kesehatan
Etilen oksida bukanlah zat asing di dunia industri pangan. Bahan ini kerap di gunakan untuk sterilisasi, fumigasi, hingga pengawetan rempah. Namun, penggunaannya di atur ketat karena jika residunya terlalu tinggi, bisa menimbulkan masalah serius bagi kesehatan manusia.
Beberapa pakar menyebut paparan etilen oksida secara terus-menerus berisiko karsinogenik, yakni memicu kanker seperti leukemia dan limfoma. Selain itu, zat ini juga dapat mengganggu sistem reproduksi, meningkatkan risiko keguguran. Hingga menimbulkan efek akut seperti mual, sakit kepala, atau iritasi kulit. Karena itu, banyak negara menerapkan standar ketat terhadap keberadaan EtO dalam produk pangan.
BPOM menegaskan bahwa investigasi akan di lakukan untuk memastikan apakah produk bermasalah tersebut hanya beredar di Taiwan atau juga masuk ke pasar Indonesia. Di sisi lain, Indofood CBP, produsen Indomie Soto Banjar. Menyatakan komitmennya untuk mematuhi regulasi pangan internasional dan menjamin keamanan produk yang beredar.
Baca Juga : Tanaman Kumis Kucing: Alternatif Alami untuk Membantu Mengontrol Diabetes
Kejadian ini menjadi pengingat bagi konsumen agar lebih berhati-hati dalam memilih makanan kemasan. Keamanan pangan harus selalu menjadi prioritas, terutama pada produk yang dikonsumsi luas seperti mi instan. Dengan pengawasan yang lebih ketat dan kesadaran konsumen yang meningkat, diharapkan kasus serupa bisa dicegah di masa depan.

Tinggalkan Balasan