Megadewa88 portal,JAKARTA – Para ahli kesehatan dan neurologi kembali menyoroti korelasi signifikan antara kelainan irama jantung (aritmia) dengan peningkatan drastis risiko terjadinya stroke mendadak. Kondisi medis yang sering kali terabaikan atau tanpa gejala jelas ini ternyata menjadi salah satu pemicu utama di balik insiden stroke iskemik yang terjadi secara tiba-tiba, bahkan pada individu yang tampak sehat dan aktif. Penemuan dan penekanan ini menjadi seruan penting bagi masyarakat untuk lebih mewaspadai kesehatan jantung mereka.

Fibrilasi Atrium sebagai Pemicu Utama
Dari berbagai jenis aritmia, Fibrilasi Atrium (AF) diidentifikasi sebagai jenis kelainan irama jantung yang paling berbahaya dalam konteks risiko stroke. AF adalah kondisi di mana dua bilik atas jantung (atrium) berdetak tidak teratur dan sangat cepat, yang menyebabkan aliran darah di dalamnya menjadi tidak efektif. Ketidakefektifan pemompaan ini berujung pada potensi terbentuknya gumpalan darah (trombus) di rongga atrium.
Gumpalan darah yang terbentuk di jantung ini memiliki risiko yang sangat tinggi untuk terlepas dan terbawa oleh aliran darah menuju otak. Ketika gumpalan tersebut menyumbat salah satu pembuluh darah utama di otak, kondisi inilah yang kemudian memicu stroke iskemik. Karena proses terbentuk dan terlepasnya gumpalan dapat terjadi tanpa peringatan dini, stroke yang diakibatkan oleh AF sering kali muncul secara mendadak (emosi) dan sering menyebabkan kerusakan neurologis yang parah dan permanen.
Pentingnya Deteksi Dini dan Pencegahan
Mengingat sifat stroke yang mendadak dan destruktif, upaya pencegahan menjadi kunci utama. Para dokter menekankan pentingnya deteksi dini terhadap AF, terutama pada kelompok risiko tinggi, seperti lansia, individu dengan riwayat hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, obesitas, atau penyakit jantung lainnya. Pemeriksaan rutin seperti Elektrokardiogram (EKG) atau pemantauan Holter dapat membantu mengidentifikasi kelainan irama ini.
Baca Juga: Nyeri Dada Usai Berolahraga, Waspadai Tanda Penyakit Jantung
Setelah terdeteksi, penanganan yang tepat dan disiplin sangat diperlukan. Pengobatan untuk mengurangi risiko stroke pada pasien AF umumnya melibatkan pemberian antikoagulan atau obat pengencer darah. Obat-obatan ini berfungsi menghambat pembentukan gumpalan darah di jantung, sehingga secara efektif menurunkan peluang terjadinya penyumbatan di otak. Selain intervensi farmakologis, kontrol terhadap faktor risiko seperti gaya hidup sehat, manajemen stres, dan kepatuhan pada pengobatan penyakit penyerta adalah fondasi pencegahan yang tidak boleh diabaikan. Kesadaran bahwa irama jantung yang tidak normal bisa menjadi “jembatan” menuju stroke mendadak harus menjadi pemahaman yang meluas di tengah masyarakat.

1 Komentar