Megadewa88 portal,,Malaysia – Hidangan mi berkuah kental ini bukan sekadar sajian kuliner biasa, melainkan sebuah artefak gastronomi yang merekam jejak persilangan etnis Tionghoa dan Melayu, menghasilkan keragaman cita rasa otentik di setiap sudut kepulauan.

Jakarta – Dalam khazanah kuliner Asia Tenggara, laksa berdiri tegak sebagai simbol akulturasi budaya yang sublim, sebuah hidangan mi berkuah kaya rempah yang kompleks dan memikat. Lebih dari sekadar perpaduan bahan, laksa adalah narasi perjalanan sejarah, migrasi, dan adaptasi masyarakat Peranakan, khususnya Tionghoa dan Melayu, yang mengakar kuat di berbagai wilayah Nusantara.
Nama “laksa” sendiri diperkirakan berasal dari kata Sanskerta “laksha” yang bermakna “banyak” atau “beraneka ragam”. Penamaan ini sangat relevan, merujuk pada kekayaan bumbu dan rempah-rempah yang berlimpah, seperti kunyit, serai, lengkuas, jintan, hingga ebi (udang kering), yang diracik menjadi kuah kental, gurih, dan pedas. Kekayaan rempah inilah yang menciptakan profil rasa yang berlapis dan hangat, menjadikannya hidangan yang sangat dihormati.
Spektrum Varian Laksa di Indonesia
Indonesia, sebagai rumah bagi keanekaragaman etnis, menjadi laboratorium bagi evolusi laksa. Hidangan ini tidak hadir dalam satu bentuk tunggal, melainkan bermetamorfosis menyesuaikan diri dengan selera dan ketersediaan bahan lokal, menciptakan spektrum varian yang unik:
- Laksa Betawi: Identik dengan kuah santan berwarna kuning pekat yang kaya akan aroma ebi dan kunyit. Sajian ini seringkali ditemani dengan ketupat, tauge, telur rebus, dan taburan daun kemangi serta serundeng, menghasilkan rasa gurih legit yang khas.
- Laksa Bogor: Varian ini menonjol dengan keunikan kuahnya yang menggunakan campuran oncom merah yang dipanggang. Kuahnya cenderung lebih encer namun memiliki cita rasa bumi yang otentik. Di Bogor, laksa biasa dinikmati bersama bihun dan mie kuning, serta disajikan dengan perkedel atau ketupat.
- Laksa Tangerang (Laksa Benteng): Warisan kuliner Peranakan di Kota Tangerang ini dikenal dengan kuah santan kentalnya yang kuning kemerahan. Keotentikannya dipertahankan dengan penggunaan mi dari tepung beras yang kenyal dan sering disajikan bersama parutan kelapa sangrai, kucai, serta terkadang tambahan tahu atau ayam. Bahkan, beberapa penjaja legendaris masih mempertahankan proses memasak dengan tungku tradisional.
- Laksa Banjar: Varian dari Kalimantan Selatan ini menggunakan ikan haruan (gabus) yang dihaluskan sebagai bahan dasar kuah, memberikan rasa gurih yang khas dan berbeda dari laksa berbahan dasar santan murni.
Baca Juga: Antrean Alphard di Gang Sempit: Kisah Nasi Uduk Ibu Amah Pekojan, Legenda Sejak 1965
Laksa sebagai Ikon Warisan Budaya
Laksa melampaui fungsinya sebagai makanan; ia adalah warisan budaya tak benda yang penting. Di beberapa daerah seperti Kota Tangerang, laksa bahkan telah diakui secara resmi dan menjadi bagian integral dari promosi pariwisata daerah. Kehadiran laksa di meja makan adalah pengingat visual dan indrawi akan kemampuan budaya-budaya yang berbeda untuk bertemu, berakulturasi, dan menghasilkan sebuah harmoni rasa yang luar biasa. Setiap suapan laksa seolah membawa kita pada penjelajahan historis mengenai jejak migrasi dan interaksi sosial yang membentuk identitas kuliner Nusantara.

Tinggalkan Balasan