Megadewa88 portal,Dalam khazanah gastronomi Nusantara, Provinsi Aceh tidak hanya dikenal melalui rempah pedasnya yang tajam, tetapi juga melalui kudapan manis nan megah yang dikenal sebagai Meuseukat. Sebagai salah satu ikon kuliner tradisional paling prestisius, Meuseukat menempati kasta tertinggi dalam hierarki penganan khas Serambi Mekkah. Kehadirannya bukan sekadar sebagai pemuas dahaga akan rasa manis, melainkan sebuah representasi visual dari kemuliaan adab dan kehalusan budi pekerti masyarakat Aceh dalam menyambut tamu maupun merayakan momentum sakral.

Secara teknis, Meuseukat merupakan sejenis dodol yang memiliki karakteristik tekstur lebih lembut, kenyal, dan berwarna kuning cerah yang berasal dari penggunaan buah nanas pilihan sebagai bahan utama. Proses pembuatannya menuntut ketekunan dan kesabaran tingkat tinggi; perpaduan antara tepung terigu, gula pasir, mentega, dan sari nanas harus diaduk secara kontinu di atas api kecil dalam durasi yang sangat lama. Pengolahan yang memakan waktu berjam-jam ini bertujuan untuk mencapai konsistensi yang sempurna, di mana seluruh komponen menyatu tanpa adanya gumpalan, menciptakan sensasi rasa manis-asam yang elegan dan aromatik.
Aspek yang paling membedakan Meuseukat dari kudapan lainnya adalah nilai artistiknya yang tertuang pada permukaan kue. Meuseukat biasanya disajikan dalam bentuk bentangan luas yang kemudian dihias dengan ukiran tangan yang sangat detail, membentuk motif flora seperti bunga mawar, melati, atau ukiran khas Aceh lainnya. Estetika visual ini memiliki makna filosofis yang mendalam; keindahan ukiran tersebut melambangkan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada tamu (peumulia raja). Ketelitian dalam mengukir di atas permukaan kue yang lembut mencerminkan ketulusan dan kehangatan sang tuan rumah dalam menyambut kedatangan kerabat atau tamu agung.
Baca Juga:Keajaiban Rasa Kwetiau Sapi Aciap Kuliner Legendaris Jakarta Sejak 1975
Dalam tatanan adat, Meuseukat memegang peranan vital sebagai hantaran wajib dalam prosesi pernikahan tradisional atau upacara Peusijuek. Keberadaannya dalam nampan hantaran merupakan simbol kemapanan dan keseriusan dalam menjalin ikatan kekeluargaan. Meskipun saat ini beragam kuliner modern mulai membanjiri pasar, Meuseukat tetap berdiri kokoh sebagai identitas kultural yang tak tergantikan. Keberlangsungannya hingga kini membuktikan bahwa Meuseukat bukan sekadar produk pangan, melainkan warisan seni tutur dan rasa yang terus dijaga sebagai bagian dari jati diri masyarakat Aceh yang religius dan berbudaya tinggi.

Tinggalkan Balasan