Megadewa88 portal,JAKARTA PUSAT, [Tanggal Hari Ini] – Di tengah hiruk pikuk modernisasi ibu kota, Museum Taman Prasasti berdiri sebagai anomali monumental, sebuah situs arkeologis terbuka yang menyajikan narasi sejarah Indonesia dari sudut pandang yang unik dan tak terduga. Museum ini, yang menempati lahan seluas 1,2 hektare di Jalan Tanah Abang, bukan sekadar ruang pamer benda kuno, melainkan arsip hidup yang menyimpan kisah, ideologi, dan jejak peradaban dari masa kolonial Belanda, bahkan periode sebelumnya.

Sebelum diresmikan sebagai museum pada tahun 1977 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, situs ini adalah kompleks pemakaman umum elite Belanda yang dikenal sebagai Kerkhof Laan atau Makam Kebon Jahe Kober. Didirikan pada 1795, tempat ini menjadi peristirahatan terakhir bagi tokoh-tokoh penting di Hindia Belanda, memberikan kesaksian bisu tentang komposisi penduduk Batavia yang multikultural pada abad ke-18 hingga awal abad ke-20.

Koleksi Nisan dan Makam sebagai Saksi Bisu Sejarah

Koleksi inti Museum Taman Prasasti terdiri atas 1.372 item, meliputi prasasti, nisan, dan monumen makam yang terbuat dari berbagai material, mulai dari batu alam, marmer, hingga perunggu. Setiap nisan di sini telah bertransformasi dari penanda kematian menjadi ‘buku kehidupan’ yang dapat dibaca, merekam kecanggihan seni pematung, pemahat, dan kaligrafer masa lampau.

Di antara batu nisan yang terawat apik di bawah pepohonan rindang, tersimpan nama-nama individu yang memiliki peran signifikan dalam sejarah. Terdapat makam tokoh militer Belanda seperti J.H.R. Kohler dan A.V. Michiels, serta nisan Olivia Marianne Raffles, istri pertama dari Thomas Stamford Raffles. Keunikan museum ini juga diperkaya dengan kehadiran makam tokoh pergerakan mahasiswa Indonesia, Soe Hok Gie, serta Miss Riboet, legenda opera pada era 1920-an, menjadikannya sebuah nekropolis (kota mati) yang merefleksikan spektrum sejarah yang sangat luas.

Transformasi Menjadi Open Air Museum dan Dark Tourism

Museum Taman Prasasti telah berhasil diangkat dari kesan suram dan angker menjadi sebuah open air museum yang teduh dan edukatif. Konsep museum terbuka ini mengintegrasikan koleksi dengan penataan lansekap yang asri, menjadikannya tidak hanya sebagai sarana edukasi arkeologis dan sejarah, tetapi juga sebagai paru-paru kota di Jakarta Pusat. Pengelola museum secara ketat melarang pengambilan konten berbau horor, menegaskan fokus utama situs ini sebagai pusat studi sejarah.

Baca Juga: Masjid Seribu Tiang, Simbol Iman dan Keindahan

Dengan tiket masuk yang sangat terjangkau, situs ini menawarkan pengalaman wisata alternatif yang kerap dikategorikan sebagai dark tourism (wisata kelam), mengajak pengunjung untuk merenungkan kehidupan dan kontribusi tokoh-tokoh yang dimakamkan, sekaligus memahami arsitektur pemakaman khas kolonial. Museum Taman Prasasti, dengan demikian, bukan sekadar etalase batu nisan, melainkan sebuah artefak tata ruang kota yang menjadi penanda tak terhapuskan dari pergulatan sejarah bangsa.