Megadewa88portal,Jakarta – PT Vivo Energy Indonesia kembali melakukan negosiasi serius dengan Pertamina Patra Niaga. Negosiasi ini terkait pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk jaringan SPBU mereka. Langkah ini di ambil menyusul kelangkaan stok BBM jenis bensin yang sempat di alami Vivo dan SPBU swasta lain. Kelangkaan ini terjadi sejak akhir Agustus 2025 lalu.

Negosiasi ini sangat krusial untuk menstabilkan kembali pasokan ritel BBM non-subsidi di pasar. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, mengonfirmasi kabar tersebut. Laode mengungkapkan bahwa Vivo saat ini tengah mendekati kesepakatan baru.

Padahal sebelumnya, Vivo sempat mencapai kesepakatan awal namun kemudian menyatakan mundur. Alasan mundurnya Vivo saat itu masih belum diketahui secara pasti. Besaran BBM yang di ajukan oleh Vivo dalam negosiasi ini berkisar di angka 100 ribu barel.

Volume Sama dengan BP-AKR dan Tantangan Kualitas Base Fuel

Volume 100 ribu barel ini setara dengan satu kargo impor BBM. Jumlah ini sama dengan pengiriman yang sebelumnya sudah di sepakati oleh SPBU BP-AKR dari Pertamina Patra Niaga. Negosiasi ini merupakan tindak lanjut dari arahan pemerintah yang jelas.

Pemerintah menyarankan agar SPBU swasta yang kuota impornya habis berkoordinasi dengan Pertamina. Mereka di minta untuk membeli base fuel (BBM murni). Arahan ini bertujuan untuk segera memulihkan stok BBM di SPBU swasta yang mengalami kekosongan.

Sebelumnya, negosiasi dengan Vivo dan BP-AKR sempat menemui kendala di awal. Kendala tersebut di duga kuat terkait dengan masalah kualitas produk base fuel yang di tawarkan oleh Pertamina. BBM yang dicampur Etanol 10% menjadi isu yang sempat di perdebatkan oleh para pengelola SPBU swasta.

Baca Juga : Babak Baru Dagang: IEU-CEPA Resmi Hapus Tarif 98% Produk RI ke Eropa

Meskipun demikian, Kementerian ESDM terus memfasilitasi proses negosiasi ini agar segera mencapai titik temu. Laode Sulaeman berharap Vivo dan Shell, yang juga masih berproses negosiasi, dapat segera menyelesaikan kesepakatan pembelian. Jika tidak ada pemesanan, prognosa konsumsi mereka hingga akhir tahun berpotensi turun drastis. Saat ini, hanya BP-AKR yang sudah melakukan pembelian tambahan BBM dari Pertamina.