Megadewa88portal,Jakarta – Meningkatnya kasus diabetes melitus Tipe 2 (DM Tipe 2) kini tak hanya di sorot dari pola makan atau kurangnya olahraga fisik. Para peneliti dan ahli kesehatan mulai menyoroti faktor risiko lain yang sering di abaikan, yaitu kualitas tidur yang buruk. Pola tidur yang tidak memadai terbukti memiliki korelasi kuat dengan gangguan metabolisme glukosa.
Penelitian epidemiologi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara Pola tidur dan kesehatan. Seseorang yang kurang tidur (di bawah 7 jam per malam) memiliki risiko kejadian DM Tipe 2 yang lebih tinggi. Risiko ini bahkan bisa meningkat hingga 1,6 sampai 5,24 kali di bandingkan mereka yang tidur cukup (7-8 jam) dan berkualitas. Kondisi ini terutama mengancam usia dewasa muda dan produktif.

Tidur yang tidak berkualitas secara kronis akan mengganggu jam biologis tubuh yang disebut ritme sirkadian. Gangguan ini memicu perubahan hormonal dan metabolik yang merugikan. Perubahan ini berdampak langsung pada kemampuan tubuh mengelola gula darah. Kualitas dan durasi tidur yang ideal sangat krusial untuk kesehatan jangka panjang.
Mekanisme Fisiologis: Resistensi Insulin dan Nafsu Makan yang Tak Terkontrol
Kurangnya waktu tidur yang terjadi secara kronis memicu berbagai mekanisme fisiologis yang merusak tubuh. Mekanisme utamanya adalah resistensi insulin pada tingkat sel. Sel-sel tubuh menjadi kurang sensitif terhadap insulin yang bertugas mengatur gula darah. Hal ini membuat hormon tersebut kesulitan mengangkut glukosa ke dalam sel, sehingga gula darah naik.
Selain itu, tidur yang tidak cukup mengganggu keseimbangan dua hormon pengatur nafsu makan penting. Hormon ghrelin (perangsang lapar) akan meningkat tajam secara tidak wajar. Sementara hormon leptin (penekan lapar) justru menurun drastis. Gangguan ini memicu keinginan untuk makan berlebihan, terutama makanan tinggi gula dan lemak berbahaya.
Baca Juga : Gaya Hidup Modern Picu Gawat Darurat: Gagal Ginjal Mengancam Usia Produktif
Kurang tidur juga meningkatkan produksi hormon stres, yaitu kortisol yang di lepaskan kelenjar adrenal. Kortisol yang tinggi merangsang pelepasan gula yang tersimpan dari hati. Semua perubahan ini secara kolektif menyebabkan penurunan toleransi glukosa dan memicu peradangan sistemik, yang merupakan pemicu DM Tipe 2.

Tinggalkan Balasan