Megadewa88portal,Jakarta – Lalat tsetse adalah serangga kecil yang punya dampak besar bagi kesehatan manusia. Hewan ini menjadi vektor utama penyebaran penyakit tidur Afrika atau sleeping sickness, yang bisa berujung kematian jika tidak diobati. Meski ukurannya kecil, bahayanya membuatnya dijuluki si kecil mematikan.

Serangga ini termasuk genus Glossina dan membawa parasit Trypanosoma. Parasit ini memicu Human African trypanosomiasis, penyakit yang menyerang sistem saraf dan membuat penderitanya mengalami gangguan tidur parah. Menurut WHO, tanpa perawatan medis, penyakit ini hampir selalu berakibat fatal.

Fakta Penyakit Tidur Afrika

Ada dua jenis utama penyakit ini. Pertama, T. b. gambiense yang menyebar di Afrika Barat dan Tengah, biasanya berkembang perlahan. Kedua, T. b. rhodesiense yang ditemukan di Afrika Timur dan lebih agresif. WHO mencatat bahwa 92% kasus berasal dari jenis gambiense.

Lalat tsetse banyak di temukan di wilayah rural seperti tepi sungai, savana, dan kebun. Lingkungan ini membuatnya sering bersinggungan dengan manusia dan hewan ternak. Saat menggigit, lalat ini bisa langsung menularkan parasit ke dalam darah korban.

Gejala awalnya meliputi demam, sakit kepala, dan nyeri sendi. Jika tidak di tangani, penyakit akan berkembang ke tahap lanjut, menyebabkan kebingungan, gangguan koordinasi, hingga koma. Inilah alasan mengapa deteksi dini sangat penting untuk menekan angka kematian.

Baca juga : Indonesia Catat 79 Ribu Kasus DBD, Tertinggi di ASEAN

Data WHO menunjukkan bahwa upaya pengendalian berhasil menurunkan kasus hingga 97% dalam 20 tahun terakhir. Strategi yang di gunakan meliputi pemasangan perangkap, penyemprotan insektisida, dan skrining massal. Namun, penyakit ini tetap menjadi ancaman serius di daerah terpencil yang sulit di jangkau layanan kesehatan.

Lalat tsetse mungkin tidak sepopuler nyamuk dalam pemberitaan penyakit tropis, tapi efeknya tak kalah berbahaya. Dengan perubahan iklim dan pergeseran habitat, para ilmuwan memperingatkan potensi penyebaran yang lebih luas di masa depan. Kesadaran masyarakat dan dukungan global menjadi kunci melawan ancaman si kecil mematikan ini.