Megadewa88portal,Jakarta – Slovenia resmi melarang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memasuki wilayahnya. Keputusan ini diumumkan pada 25 September 2025, sebagai bentuk respons terhadap tuduhan kejahatan perang di Gaza yang sedang disidangkan di Mahkamah Internasional (ICJ). Langkah ini menegaskan sikap Slovenia untuk konsisten menjunjung tinggi hukum internasional dan hak asasi manusia.

Larangan ini juga memperlihatkan arah kebijakan Slovenia yang semakin vokal dalam isu Palestina. Pada tahun 2024 lalu, negara ini sudah mengakui Palestina sebagai negara berdaulat, sebuah langkah politik yang membuat posisinya jelas dalam kancah diplomasi global. Dengan melarang Netanyahu, Slovenia ingin menegaskan bahwa tidak ada pemimpin dunia sekalipun yang berada di atas hukum.

Slovenia Pertegas Komitmen pada Hukum dan HAM

Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Slovenia menegaskan bahwa keputusan melarang Netanyahu masuk merupakan tindak lanjut dari peringatan Mahkamah Internasional. ICJ telah menyoroti peran Netanyahu dalam operasi militer Israel yang menimbulkan banyak korban sipil di Gaza. Menurut Slovenia, menjaga kredibilitas hukum internasional harus di utamakan agar tragedi kemanusiaan tidak terus berulang.

Kebijakan ini juga sejalan dengan sikap Slovenia yang sebelumnya sudah melarang masuk dua menteri Israel. Memberlakukan embargo senjata, serta menghentikan impor barang dari wilayah pendudukan Palestina. Semua langkah itu memperlihatkan konsistensi dalam menolak segala bentuk pelanggaran hak asasi manusia.

Respons dari dunia internasional pun beragam. Sejumlah negara Eropa menilai kebijakan ini sebagai sinyal positif untuk memperkuat penegakan hukum internasional. Namun Israel mengecam keras, menyebut keputusan tersebut sebagai langkah politis yang merugikan upaya diplomasi. Meski begitu, Slovenia tetap pada pendiriannya bahwa keadilan dan kemanusiaan harus didahulukan.

Baca Juga : PBB apresiasi larangan medsos bagi remaja di Australia

Keputusan Slovenia melarang Netanyahu masuk tidak hanya berdampak pada hubungan bilateral dengan Israel, tetapi juga bisa menjadi preseden bagi negara lain. Sikap tegas ini menunjukkan bahwa negara kecil pun bisa berperan dalam menjaga aturan global. Dunia kini menunggu, apakah langkah Slovenia akan menginspirasi negara lain untuk melakukan hal serupa demi menegakkan hukum dan melindungi hak asasi manusia.