Megadewa88 portal,Jakarta – Sebuah momen tak terduga terjadi dalam Rapat Paripurna DPR RI yang viral di media sosial. Di tengah suasana riuh dan ceria, di mana beberapa anggota dewan terlihat menari bersama dengan irama musik yang diputar, Wakil Ketua Komisi III DPR, Pasha Ungu, justru menunjukkan sikap yang berbeda. Ia tetap duduk tenang, memilih untuk tidak bergabung dalam tarian yang dilakukan oleh rekan-rekannya. Sikapnya ini menjadi sorotan dan menuai berbagai tanggapan dari masyarakat.

Ariel NOAH dan 28 Musisi Gugat UU Hak Cipta, Pasha Ungu Berikan Dukungan Moral

Video yang beredar luas di platform media sosial memperlihatkan Pasha, yang bernama asli Sigit Purnomo Syamsuddin Said, duduk di kursinya dengan ekspresi datar. Sementara itu, di sekelilingnya, beberapa anggota DPR dari berbagai fraksi terlihat menikmati alunan musik dan menari. Kontrasnya sikap ini menarik perhatian publik dan memicu perdebatan mengenai etika dan profesionalisme seorang wakil rakyat.

Reaksi Publik dan Tafsir Beragam

Sikap Pasha Ungu yang memilih untuk tidak menari memicu beragam tafsir dari warganet. Ada yang memuji sikapnya sebagai bentuk keseriusan dan fokus pada tugas-tugas legislatif. Mereka beranggapan bahwa seorang pejabat publik harus selalu menunjukkan sikap yang berwibawa, terutama di forum resmi seperti Rapat Paripurna. “Sikapnya mencerminkan profesionalisme. Dia tahu kapan harus serius,” tulis salah satu warganet.

Namun, tidak sedikit pula yang mengkritik sikapnya sebagai bentuk ketidakmampuan beradaptasi atau kurangnya rasa kebersamaan. Sebagian warganet membandingkan sikapnya dengan anggota dewan lain yang terlihat luwes dan akrab. Kritik ini muncul dari pandangan bahwa seorang wakil rakyat juga harus mampu berinteraksi dan berbaur dengan rekan-rekannya.

Pasha Ungu: Antara Seniman dan Politisi

Pasha Ungu bukanlah sosok baru dalam dunia politik. Setelah sukses sebagai vokalis band Ungu, ia terjun ke dunia politik dan terpilih sebagai Wakil Wali Kota Palu sebelum akhirnya menjadi anggota DPR RI. Latar belakangnya sebagai seorang seniman sering kali menjadi perbincangan. Banyak yang bertanya-tanya, apakah ia akan membawa gaya seorang seniman ke dalam dunia politik yang formal.

Baca Juga: Terkuak! Royalti Ari Lasso oleh WAMI Capai Puluhan Juta

Sikapnya yang memilih diam saat anggota lain menari, menunjukkan bahwa ia memisahkan identitasnya sebagai seniman dan politisi. Sebagai seorang seniman, ia terbiasa dengan panggung dan ekspresi diri. Namun, sebagai wakil rakyat, ia menyadari adanya norma dan etika yang harus dijaga. Ini menunjukkan kedewasaan dan pemahaman yang mendalam tentang peran barunya.

Mempertanyakan Etika di Parlemen

Momen ini juga memunculkan pertanyaan lebih besar tentang etika dan standar perilaku di parlemen. Di satu sisi, ekspresi kegembiraan dan kebersamaan dapat dianggap sebagai hal yang wajar dalam sebuah forum yang santai. Namun, di sisi lain, Rapat Paripurna adalah forum formal di mana keputusan-keputusan penting bagi negara dibuat.

Kontroversi ini menjadi cerminan dari ekspektasi masyarakat terhadap wakil rakyatnya. Masyarakat menginginkan wakil rakyat yang serius dan fokus pada tugas, namun juga bisa menunjukkan sisi manusiawi dan berbaur dengan sesama. Pasha Ungu, dengan sikapnya yang diam, secara tidak langsung memberikan pelajaran tentang pentingnya memilih waktu dan tempat yang tepat untuk berekspresi