Megadewa88portal,Jakarta – Ketegangan di perbatasan antara Thailand dan Kamboja kembali mengalami peningkatan drastis. Pada Senin, 8 Desember 2025, terjadi insiden baku tembak serius antara kedua pasukan. Konflik bersenjata ini pecah di wilayah sengketa yang sangat sensitif. Lokasi insiden ini berada di dekat Kuil Preah Vihear, situs warisan dunia UNESCO. Peristiwa ini dengan cepat membuyarkan upaya damai yang telah di lakukan sebelumnya.

Baku tembak tersebut di laporkan berlangsung intensif selama beberapa jam penuh. Kedua belah pihak saling menembakkan artileri ringan dan senapan mesin. Juru bicara militer Thailand mengklaim bahwa pasukan Kamboja melancarkan serangan awal. Mereka menuduh Kamboja melanggar batas demarkasi yang sudah di sepakati bersama. Kerugian di pihak Thailand tercatat mencapai tiga korban luka-luka dari personel militer mereka.

Sementara itu, pihak Kamboja memberikan keterangan yang sangat berbeda. Juru bicara Pemerintah Kamboja, Phay Siphan, menuduh balik pasukan Thailand sebagai provokator. Kamboja menyebut Thailand telah menembakkan rentetan peluru ke arah pos penjagaan mereka. Insiden ini terjadi setelah serangkaian upaya negosiasi di tingkat lokal menemui kegagalan. Kedua negara menunjukkan sikap yang keras dan saling menyalahkan.

Akar Sengketa Kuil Kuno dan Peran ASEAN Meredam Eskalasi Regional

Pemicu utama dari ketegangan yang terus berulang ini adalah sengketa mengenai wilayah sekitar Kuil Preah Vihear. Kuil kuno yang di bangun pada abad ke-11 ini di akui milik Kamboja. Pengakuan ini telah ditetapkan oleh Mahkamah Internasional (ICJ) sejak tahun 1962. Namun, Thailand tetap mengklaim wilayah seluas 4,6 kilometer persegi di sekeliling kuil tersebut. Klaim teritorial ini mencakup lahan yang menjadi area sengketa utama.

Menanggapi eskalasi cepat ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) segera mengeluarkan pernyataan. PBB mendesak kedua negara untuk segera menghentikan permusuhan dan menahan diri. Mereka meminta kedua belah pihak kembali ke meja perundingan. ASEAN, melalui Sekretaris Jenderal, juga menawarkan diri sebagai penengah yang netral.

Baca Juga : Gempa Jepang picu tsunami 40 cm di Misawa–Hokkaido

Menteri Luar Negeri Indonesia, yang saat itu menjabat Ketua ASEAN, menyatakan keprihatinan yang mendalam. Indonesia mendesak kedua negara tetangga tersebut untuk menghormati kesepakatan damai. Situasi ini berdampak langsung pada stabilitas dan keamanan kawasan Asia Tenggara. Konflik ini menunjukkan bahwa penyelesaian sengketa perbatasan masih menjadi pekerjaan rumah serius. Komunitas internasional berharap ketegangan dapat segera diredam sebelum meluas menjadi perang terbuka.