Megadewa88 portal,PHNOM PENH – Hubungan diplomatik antara Kamboja dan Thailand kembali berada di titik nadir menyusul munculnya serangkaian narasi dan tindakan yang dianggap sebagai “serangan” terhadap kedaulatan budaya serta integritas wilayah Angkor Wat. Insiden ini memicu gelombang kemarahan masif di kalangan masyarakat Kamboja, yang memandang situs warisan dunia tersebut bukan sekadar struktur batu historis, melainkan representasi paling sakral dari identitas dan jati diri bangsa Khmer.

Pemicu Sentimen dan Reaksi Publik di Phnom Penh
Ketegangan ini bermula dari munculnya klaim-klaim provokatif yang mempertanyakan legitimasi kepemilikan atau asal-usul kebudayaan yang melekat pada kompleks candi tersebut. Bagi rakyat Kamboja, Angkor Wat adalah jantung dari kedaulatan nasional yang bahkan diabadikan di tengah bendera negara mereka. Oleh karena itu, setiap pernyataan atau tindakan dari pihak eksternal—dalam hal ini pihak-pihak di Thailand—yang dianggap mereduksi nilai sejarah atau mencoba melakukan apropriasi budaya terhadap situs tersebut, langsung ditanggapi dengan aksi protes keras.
Di jalanan utama Phnom Penh, massa mulai berkumpul untuk menyuarakan aspirasi mereka, menuntut permintaan maaf resmi dan klarifikasi dari pihak Bangkok. Sentimen nasionalisme yang meluap ini merefleksikan sensitivitas sejarah yang panjang antara kedua negara tetangga tersebut, di mana isu perbatasan dan warisan budaya sering kali menjadi pemantik konflik yang eksalatif.
Respons Tegas Pemerintah Kamboja dan Jalur Diplomasi
Menanggapi gejolak yang terjadi di akar rumput, Pemerintah Kamboja melalui Kementerian Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional telah mengeluarkan pernyataan resmi yang sangat tegas. Otoritas Kamboja menyatakan bahwa segala bentuk upaya untuk mengklaim atau mengganggu stabilitas sejarah Angkor Wat merupakan pelanggaran serius terhadap prinsip-pihak bertetangga yang baik dan hukum internasional, terutama mengingat status situs tersebut sebagai Warisan Dunia UNESCO.
Beberapa langkah strategis yang diambil oleh pemerintah Kamboja meliputi:
-
Nota Diplomatik: Pengiriman surat keberatan resmi kepada pemerintah Thailand untuk mendesak penghentian segala bentuk retorika yang bersifat provokatif.
-
Penguatan Pengamanan Situs: Peningkatan pengawasan di sekitar area kompleks Angkor Wat guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di tengah situasi yang memanas.
-
Kampanye Edukasi Global: Menginstruksikan kedutaan besar Kamboja di luar negeri untuk memperkuat narasi sejarah yang valid mengenai Angkor Wat di mata internasional guna menangkal disinformasi.
Dampak Terhadap Stabilitas Kawasan Asia Tenggara
Sengkarut ini dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas kohesi di kawasan ASEAN, mengingat posisi kedua negara sebagai mitra ekonomi yang signifikan. Para analis hubungan internasional berpendapat bahwa jika tidak segera dimitigasi melalui dialog tingkat tinggi yang transparan, polemik ini dapat berimbas pada sektor pariwisata dan kerja sama lintas batas lainnya.
Baca Juga:Lilin dan Doa Haru Mengiringi Kepergian Siswa Korban Kecelakaan Bus Kolombia
Angkor Wat tetap menjadi simbol ketahanan nasional bagi Kamboja. Kemarahan yang timbul saat ini merupakan manifestasi dari keinginan kolektif rakyat Kamboja untuk melindungi warisan leluhur mereka dari segala bentuk intervensi. Fokus kini tertuju pada bagaimana langkah diplomasi kedua negara mampu meredam ketegangan sebelum berdampak lebih jauh pada hubungan bilateral yang telah dibangun selama beberapa dekade terakhir. Keutuhan sejarah dan penghormatan terhadap batas-batas budaya menjadi kunci utama dalam menyelesaikan krisis identitas yang kini tengah menguji kedua negara di semenanjung Indochina tersebut.

Tinggalkan Balasan