Megadewa88portal,Jakarta – Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dilanda kegemparan hebat menyusul terjadinya hujan es pada Jumat sore, 31 Oktober 2025. Butiran es berukuran seukuran kerikil berjatuhan bersama hujan deras dan angin kencang. Wilayah yang terdampak termasuk kawasan padat seperti BSD, Jelupang, dan Gading Serpong. Peristiwa singkat ini memicu kepanikan dan kehebohan di kalangan warga setempat.

Warga segera mencari perlindungan karena khawatir butiran es tersebut melukai atau merusak kendaraan mereka. Suara gemerisik keras saat es menimpa atap dan mobil menjadi perhatian utama. Fenomena ini sekaligus menjadi pengingat bahwa wilayah Tangsel telah resmi memasuki masa musim hujan. BMKG lantas mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem yang mungkin terjadi.

Insiden ini tidak hanya sebatas hujan es, tetapi juga menimbulkan dampak serius. Di beberapa lokasi di Tangerang Raya, dilaporkan terjadi pohon tumbang dan banjir lokal. Bahkan, dua juru parkir terluka akibat tertimpa papan reklame yang roboh karena badai angin kencang. Pihak berwenang dan BPBD bergerak cepat untuk menanggulangi kerusakan dan membersihkan puing-puing di jalan.

Membongkar Penyebab: Peran Awan Cumulonimbus Menurut BMKG

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) segera memberikan klarifikasi ilmiah mengenai hujan es yang melanda Tangsel. Menurut Hartanto, Kepala BMKG Wilayah II, hujan es merupakan bagian dari bencana hidrometeorologi. Fenomena ini terbentuk di dalam awan Cumulonimbus (CB), yaitu awan gelap yang menjulang sangat tinggi. Awan ini menjadi indikasi adanya ketidakstabilan udara yang signifikan.

Di dalam awan CB terjadi pergerakan ekstrem dari arus udara naik (updraft) dan arus udara turun (downdraft). Updraft yang sangat kuat mendorong uap air membeku menjadi es di puncak awan. Sebaliknya, downdraft yang sangat cepat menarik butiran es tersebut jatuh ke bawah. Es tersebut tidak sempat mencair di udara sebelum menyentuh permukaan bumi, sehingga menjadi hujan es.

Baca Juga : Tanggul Baswedan Rusak, Banjir Rendam Lima RT di Jatipadang

BMKG juga menjelaskan bahwa fenomena ini didukung oleh nilai Dipole Mode Indeks negatif dan suhu muka laut yang hangat. Kondisi ini meningkatkan kelembapan dan mempercepat pembentukan awan hujan. Masyarakat di imbau untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi cuaca ekstrem. Kewaspadaan tersebut mencakup risiko banjir, pohon tumbang, serta petir yang intensif.