Megadewa88portal,Jakarta – Pemanfaatan listrik tenaga nuklir (PLTN) seringkali di anggap sebagai pilihan yang terakhir. Opsi ini baru akan di ambil setelah semua sumber energi lain di eksplorasi. Namun, pandangan ini kini mulai bergeser seiring dengan target global mencapai Net Zero Emission (NZE). Berbagai pihak, termasuk pemerintah dan pengamat energi, berharap PLTN tidak lagi menjadi cadangan.
Teknologi nuklir justru di lihat sebagai solusi energi yang sangat potensial dan strategis. Pengembangan PLTN di Indonesia mendapat dorongan kuat dari berbagai pihak terkait. Salah satunya adalah Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). PLTN menawarkan sumber energi yang andal (baseload) dan nyaris tanpa emisi karbon sama sekali.

Hal ini menjadikan PLTN alat penting untuk program dekarbonisasi. PLTN dapat beroperasi selama 24 jam sehari penuh tanpa henti. Ini berbeda dengan energi terbarukan seperti surya dan angin yang sifatnya intermiten. PLTN menjanjikan stabilitas energi yang sangat di butuhkan oleh industri.
Keunggulan Daya Baseload dan Tantangan Regulasi Menuju Implementasi PLTN
Kepala BATAN, Anhar Riza Antariksawan, menekankan pentingnya peran nuklir sejak awal. PLTN bukan hanya soal energi, tetapi juga teknologi maju yang mendorong kemandirian. Jika terlalu lama menunda, Indonesia berisiko tertinggal dalam adopsi teknologi energi bersih ini.
Salah satu keunggulan terbesar PLTN adalah kemampuannya menyediakan daya baseload yang stabil. Hal ini sangat penting untuk mendukung stabilitas jaringan listrik nasional. Stabilitas ini vital, terutama ketika pasokan energi dari sumber terbarukan sedang tidak optimal. PLTN dapat menjadi pelengkap sempurna bagi energi angin dan surya yang bersifat fluktuatif.
Baca Juga : Pemkab Akali KPK: Modus Baru Hindari Pengawasan Anggaran Daerah
Meskipun demikian, implementasi PLTN menghadapi tantangan besar, terutama pada aspek regulasi. Di perlukan kerangka hukum yang kuat dan jelas mengenai keselamatan dan keamanan. Selain itu, penerimaan publik terhadap PLTN juga menjadi faktor krusial yang harus di atasi. Kekhawatiran akan keselamatan reaktor masih menjadi penghalang utama bagi masyarakat.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mengkaji opsi PLTN. Rencana awal menunjukkan potensi PLTN beroperasi secara komersial pada tahun 2035 hingga 2040. Teknologi yang dipertimbangkan termasuk Small Modular Reactors (SMRs). SMRs menawarkan desain yang lebih kecil, modular, dan di anggap lebih aman. PLTN di harapkan menjadi bagian inti dari strategi untuk mencapai target NZE 2060.

Tinggalkan Balasan