Megadewa88 portal,WASHINGTON DC – Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali melontarkan pernyataan kontroversial dan tegas mengenai dinamika geopolitik antara Tiongkok dan Taiwan. Dalam sebuah wawancara eksklusif yang menarik perhatian global, Trump mengklaim bahwa Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dan lingkaran dalamnya sangat menyadari konsekuensi yang akan mereka hadapi, sehingga membatalkan niat untuk menginvasi Taiwan selama ia masih berkuasa sebagai pemimpin di Gedung Putih.

Klaim ini dilontarkan Trump tak lama setelah pertemuan bilateral dengan Presiden Xi Jinping di Korea Selatan. Meskipun isu Taiwan kerap menjadi titik didih ketegangan antara Washington dan Beijing, Trump mengekspresikan keyakinannya yang kuat bahwa ancaman invasi Tiongkok terhadap Taiwan akan tertahan secara efektif di bawah kepemimpinannya.

Implikasi dan Konsekuensi yang Dipahami Beijing

Dalam kesempatan wawancara tersebut, Trump mengungkapkan bahwa isu Taiwan bahkan tidak perlu dibahas secara mendalam dalam pertemuan mereka, sebuah indikasi kuat, menurutnya, bahwa Beijing telah sepenuhnya memahami posisi dan tindakan tegas yang akan diambil Amerika Serikat di bawah pemerintahannya.

“Dia [Xi Jinping] mengerti jawabannya,” ujar Trump, merujuk pada konsekuensi serius yang telah dipahami Tiongkok jika mereka nekat melakukan aksi militer terhadap Taiwan.

Pernyataan ini menggarisbawahi kepercayaan diri Trump terhadap daya cegah (deterrence) yang dipancarkan oleh pemerintahannya, di mana kekuatan Amerika Serikat dalam merespons agresi dianggap mampu menahan ambisi Tiongkok untuk mengambil alih Taiwan, yang mereka klaim sebagai wilayah kedaulatan yang harus disatukan, bahkan dengan kekerasan.

Janji Xi Jinping dan Realitas Kesabaran Tiongkok

Trump juga pernah membocorkan percakapan sebelumnya dengan Presiden Xi Jinping, di mana pemimpin Tiongkok itu dilaporkan memberikan semacam janji tidak tertulis. “Dia mengatakan kepada saya, ‘Saya tidak akan pernah melakukannya selama Anda menjadi presiden,'” tutur Trump.

Namun, Trump menambahkan bahwa Xi juga menyertakan catatan penting mengenai ambisi jangka panjang Tiongkok, dengan mengatakan, “‘Tetapi saya sangat sabar, dan Tiongkok juga sangat sabar.'” Catatan ini secara halus menyiratkan bahwa meskipun Tiongkok mungkin menunda rencana invasi, ambisi fundamental mereka terhadap Taiwan tidak pernah pudar, melainkan hanya menunggu momentum strategis yang tepat.

Baca Juga: Kontroversi Trump: Ancaman Intervensi Militer AS di Nigeria yang Memanas

Klaim-klaim Trump ini, yang menempatkan faktor kepemimpinannya sebagai penentu utama perdamaian di Selat Taiwan, tentu memicu perdebatan sengit. Di satu sisi, pendukungnya melihatnya sebagai bukti keberhasilan diplomasi hard-line dan penegasan kekuatan Amerika. Di sisi lain, para kritikus mempertanyakan apakah stabilitas regional dapat sepenuhnya bergantung pada klaim pribadi seorang pemimpin, bukan pada kebijakan luar negeri yang konsisten dan dukungan pertahanan yang terstruktur.