Megadewa88portal,Jakarta – Delapan dekade setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang tetap konsisten menyampaikan permintaan maaf atas masa lalunya. Negara itu kerap menegaskan penyesalan mendalam, terutama kepada negara-negara Asia yang pernah menjadi korban pendudukan militer. Meski telah banyak generasi berganti, luka sejarah masih membekas hingga kini.

Permintaan Maaf yang Terus Diulang

Sejak kekalahan Jepang pada 1945, para pemimpin negeri Sakura secara rutin menyampaikan pernyataan maaf. Perdana Menteri Jepang dalam peringatan tahunan 15 Agustus selalu menegaskan penyesalan mendalam atas penderitaan yang ditimbulkan. Upacara tersebut juga menjadi momen refleksi nasional agar sejarah kelam tidak terulang kembali.

Di sisi lain, respons negara-negara tetangga masih beragam. Korea Selatan dan Tiongkok, misalnya, menilai permintaan maaf Jepang terkadang di anggap belum cukup, terutama terkait isu perempuan korban perang dunia. Namun, Jepang menegaskan komitmennya menjaga perdamaian dengan memperkuat hubungan diplomatik dan kerjasama regional.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana beban sejarah tetap melekat meski generasi baru sudah lahir. Bagi sebagian masyarakat Jepang, permintaan maaf adalah bagian dari tanggung jawab moral. Mereka percaya bahwa dengan mengakui kesalahan masa lalu, masa depan dapat di bangun dengan lebih damai dan saling menghormati.

Baca juga : Pertemuan Trump dan Putin 15 Agustus: Megah tapi Tanpa Terobosan

Selain permintaan maaf, Jepang juga menegaskan posisinya sebagai negara dengan konstitusi damai. Pasal 9 Konstitusi Jepang melarang penggunaan kekuatan militer untuk perang, sebagai simbol nyata komitmen mereka untuk tidak mengulang agresi. Hal ini menjadi salah satu landasan kuat Jepang dalam menjaga citra sebagai bangsa yang belajar dari sejarah.

Delapan puluh tahun setelah perang usai, pesan yang ingin di tunjukkan Jepang jelas: rekonsiliasi, perdamaian, dan tanggung jawab sejarah. Meski kritik dari luar negeri masih ada, konsistensi mereka meminta maaf menjadi pengingat penting bahwa masa lalu kelam harus di akui agar perdamaian tetap terjaga di masa depan.