Megadewa88 portal,NEW YORK – Sejarah baru tercipta di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saat Palestina berhasil menorehkan jejak diplomatik yang luar biasa. Dalam pidato perdana mereka sebagai negara non-anggota, perwakilan Palestina menyajikan argumen yang begitu kuat dan terstruktur rapi, sehingga membuat Amerika Serikat (AS) dan Israel seolah-olah kehilangan langkah dalam panggung diplomasi internasional. Keberhasilan ini tidak hanya menjadi simbol keberanian, tetapi juga menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam narasi global terkait konflik di Timur Tengah.

Pidato yang disampaikan oleh Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, berfokus pada narasi yang lebih humanis dan berlandaskan hukum internasional. Alih-alih menggunakan retorika yang penuh konfrontasi, Mansour menekankan penderitaan rakyat Palestina, pelanggaran hak asasi manusia, dan pentingnya solusi damai berdasarkan resolusi PBB. Ia menggarisbawahi kegagalan Dewan Keamanan PBB dalam menjalankan mandatnya dan secara implisit menantang status quo yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Pidato ini dirancang untuk mendapatkan dukungan moral dan politik dari mayoritas negara-negara anggota PBB, terutama dari negara-negara Global South.

Reaksi dari AS dan Israel terlihat tidak terkoordinasi. Mereka tampaknya tidak mengantisipasi pendekatan yang begitu matang dari pihak Palestina. Perwakilan Israel, Gilad Erdan, mencoba membalas dengan menuduh Palestina menggunakan forum PBB untuk mempolitisasi konflik dan mengabaikan seruan untuk negosiasi langsung. Namun, argumen tersebut kurang bergema, karena narasi Palestina telah lebih dulu membangun simpati dan dukungan yang kuat dari banyak negara anggota.

Kegagalan AS untuk memblokir pidato Palestina atau setidaknya mengurangi dampaknya juga menjadi sorotan. AS, yang selama ini dikenal sebagai sekutu setia Israel, tidak dapat menggunakan hak vetonya karena pidato tersebut tidak melibatkan resolusi Dewan Keamanan. Hal ini menunjukkan keterbatasan kekuatan AS dalam forum PBB ketika isu yang diangkat tidak memerlukan pemungutan suara. Situasi ini memberikan pelajaran berharga bagi Palestina tentang bagaimana memanfaatkan celah diplomatik untuk memperjuangkan kepentingan mereka di kancah global.

Baca Juga: Deretan Negara yang Menentang Kemerdekaan Palestina

Pidato perdana ini telah menjadi preseden penting dan menunjukkan bahwa Palestina kini lebih siap untuk bermain di panggung diplomasi internasional. Mereka berhasil menggeser fokus dari sekadar masalah keamanan menjadi isu keadilan, kemanusiaan, dan hukum internasional. Ini adalah kemenangan diplomatik yang tidak dapat diremehkan, dan berpotensi mengubah dinamika perundingan di masa depan.