Megadewa88 portal,Jakarta – Di balik statistik resmi yang mencengangkan, tersimpan sebuah kenyataan yang jauh lebih mengkhawatirkan: diabetes adalah “penyakit yang tak terlihat.” Di seluruh dunia, jutaan orang hidup dengan kondisi ini tanpa menyadarinya. Angka dari International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan bahwa hampir 50% orang dewasa pengidap diabetes di seluruh dunia belum terdiagnosis. Ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan dari sebuah krisis kesehatan global yang mengancam kesejahteraan jutaan jiwa.

People at the airport | Premium Photo

Fenomena ini sering disebut sebagai “pucuk gunung es.” Data yang kita lihat di permukaan hanyalah sebagian kecil dari masalah yang sebenarnya. Mayoritas kasus tersembunyi, perlahan-lahan merusak organ-organ vital tanpa disadari oleh penderitanya. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa begitu banyak kasus diabetes tidak terdiagnosis, dampak fatalnya, dan apa yang bisa kita lakukan untuk mengubah kondisi ini.

Indonesia dalam Zona Merah: Statistik yang Mengkhawatirkan

Indonesia berada dalam posisi yang sangat rentan. Data terbaru menunjukkan bahwa negara kita masuk dalam jajaran 10 negara dengan jumlah pengidap diabetes tertinggi di dunia. Angka prevalensi terus meningkat tajam, dari 10,7 juta jiwa pada 2019 menjadi sekitar 19,5 juta jiwa pada 2021. Proyeksi menunjukkan angka ini akan melonjak hingga 28,5 juta penduduk pada tahun 2045.

Lebih mengejutkan lagi, prevalensi diabetes yang tidak terdiagnosis di Indonesia menempatkan kita di urutan kelima tertinggi secara global. Bahkan, pada kasus diabetes anak, Indonesia menduduki peringkat teratas di dunia dengan 73,7% kasus yang tidak terdiagnosis. Angka ini jauh melampaui negara-negara lain, termasuk Tiongkok yang berada di angka 56%. Realitas ini menegaskan bahwa masalah diabetes di Indonesia jauh lebih besar dan kompleks dari yang terlihat.

Baca Juga: Vaksin Kanker dari Rusia Lulus Uji Klinis, Siap Jadi Harapan Baru Dunia Medis

Mengapa fenomena ini terjadi? Salah satu penyebab utamanya adalah kurangnya kesadaran masyarakat. Banyak orang tidak mengetahui gejala awal diabetes karena gejalanya seringkali samar atau bahkan tidak ada sama sekali. Peningkatan rasa haus, sering buang air kecil, dan penurunan berat badan yang tidak disengaja seringkali diabaikan atau dianggap sepele. Selain itu, faktor gaya hidup modern, seperti konsumsi makanan tinggi gula dan lemak, kurangnya aktivitas fisik, serta tekanan hidup, turut mempercepat laju pertambahan kasus.

Mengapa Diabetes Begitu Sulit Dikenali?

Diabetes sering dijuluki “pembunuh senyap” karena gejalanya yang tidak spesifik di tahap awal. Pada diabetes tipe 2, yang merupakan jenis paling umum, perkembangan penyakitnya sangat perlahan dan progresif. Seseorang bisa hidup selama bertahun-tahun dengan kadar gula darah tinggi tanpa menyadari adanya masalah. Gejala seperti mudah lelah, pandangan kabur, atau luka yang sulit sembuh dianggap sebagai bagian dari proses penuaan normal atau efek dari gaya hidup yang padat.

Beberapa penyebab utama mengapa diabetes sulit terdiagnosis, antara lain:

  1. Gejala yang Tidak Khas: Gejala awal diabetes, seperti sering buang air kecil dan rasa haus berlebihan, seringkali tidak disadari atau dikaitkan dengan kondisi lain. Pada tahap awal, gejala ini bahkan mungkin tidak muncul sama sekali.
  2. Kurangnya Skrining Rutin: Banyak orang, terutama mereka yang merasa sehat, tidak melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Pemeriksaan gula darah secara berkala adalah satu-satunya cara pasti untuk mendeteksi diabetes di tahap awal.
  3. Akses Kesehatan yang Terbatas: Di daerah-daerah terpencil, akses ke fasilitas kesehatan dan tenaga medis mungkin sulit. Hal ini membuat banyak orang tidak mendapatkan kesempatan untuk melakukan pemeriksaan atau mendapatkan edukasi yang memadai tentang risiko diabetes.
  4. Minimnya Pengetahuan: Kurangnya pemahaman tentang faktor risiko, seperti riwayat keluarga, obesitas, dan pola hidup tidak sehat, membuat banyak orang tidak menyadari bahwa mereka berada dalam kelompok berisiko tinggi.
  5. Stigma dan Keterbatasan Finansial: Beberapa orang mungkin enggan memeriksakan diri karena takut akan diagnosis, stigma sosial, atau masalah biaya pengobatan yang mahal.

Dari Pembunuh Senyap Menjadi Pemicu Komplikasi Berbahaya

Ketidakpahaman dan keterlambatan diagnosis ini membawa konsekuensi yang sangat fatal. Ketika diabetes tidak diobati, kadar gula darah yang tinggi secara terus-menerus merusak pembuluh darah kecil dan saraf di seluruh tubuh. Kerusakan ini bersifat progresif dan tidak dapat disembuhkan, menyebabkan serangkaian komplikasi yang mengerikan dan mengancam jiwa.

Berikut adalah beberapa komplikasi serius yang dapat terjadi akibat diabetes yang tidak terdiagnosis:

  • Penyakit Jantung dan Stroke: Diabetes secara drastis meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Kerusakan pada pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan arteri, yang pada akhirnya memicu serangan jantung, stroke, dan penyakit jantung koroner.
  • Kerusakan Ginjal (Nefropati Diabetik): Ginjal bertugas menyaring limbah dari darah. Gula darah tinggi memaksa ginjal bekerja terlalu keras, merusak filter-filter kecil (glomeruli). Seiring waktu, kerusakan ini dapat menyebabkan gagal ginjal kronis, yang memerlukan cuci darah atau transplantasi ginjal.
  • Kerusakan Saraf (Neuropati Diabetik): Kerusakan saraf akibat gula darah tinggi dapat menyebabkan nyeri, kesemutan, mati rasa, atau sensasi terbakar, terutama di tangan dan kaki. Neuropati juga bisa memengaruhi saraf pada organ internal, menyebabkan masalah pencernaan, disfungsi ereksi, dan tekanan darah.
  • Kerusakan Mata (Retinopati Diabetik): Pembuluh darah kecil di retina mata dapat rusak, menyebabkan pandangan kabur, bintik-bintik, hingga kebutaan permanen jika tidak ditangani. Diabetes adalah penyebab utama kebutaan yang bisa dicegah.
  • Luka Kaki dan Amputasi: Neuropati diabetik menyebabkan mati rasa pada kaki, sehingga luka kecil atau goresan tidak terasa. Ditambah dengan sirkulasi darah yang buruk, luka ini sulit sembuh dan rentan terinfeksi. Infeksi yang tidak terkontrol bisa berkembang menjadi gangren, yang seringkali berujung pada tindakan amputasi.

Komplikasi-komplikasi ini tidak hanya menurunkan kualitas hidup penderitanya secara drastis, tetapi juga membebani sistem kesehatan dan ekonomi negara.

Mencegah dan Mendeteksi: Langkah-Langkah Proaktif

Menghadapi ancaman diabetes yang tidak terdiagnosis, ada beberapa langkah proaktif yang bisa kita ambil. Deteksi dini adalah kunci untuk mencegah komplikasi dan mengelola penyakit ini secara efektif.

  1. Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Rutin: Jangan menunggu sampai muncul gejala. Lakukan pemeriksaan gula darah secara berkala, terutama jika Anda memiliki faktor risiko seperti obesitas, riwayat keluarga, atau usia di atas 45 tahun. Konsultasikan dengan dokter Anda untuk menentukan jadwal skrining yang tepat.
  2. Kenali dan Pahami Faktor Risiko: Pahami bahwa gaya hidup modern adalah pemicu utama. Obesitas, kurangnya aktivitas fisik, dan konsumsi makanan tinggi gula dan lemak adalah faktor risiko yang bisa kita kendalikan.
  3. Terapkan Pola Hidup Sehat: Mencegah lebih baik daripada mengobati. Terapkan pola makan seimbang dengan membatasi asupan gula, garam, dan lemak. Perbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian. Olahraga rutin minimal 30 menit setiap hari juga sangat efektif untuk menjaga berat badan dan meningkatkan sensitivitas insulin.
  4. Edukasi Diri dan Orang Terdekat: Tingkatkan pengetahuan Anda tentang diabetes dan sebarkan informasi ini kepada keluarga serta teman. Dukungan keluarga memainkan peran penting dalam pencegahan dan pengelolaan penyakit ini.

Menuju Masa Depan yang Lebih Sehat

Kisah “diabetes yang tak terlihat” adalah panggilan darurat bagi kita semua. Ini bukan hanya tanggung jawab tenaga medis atau pemerintah, melainkan juga tanggung jawab setiap individu untuk lebih peduli terhadap kesehatan diri sendiri dan orang-orang di sekitar. Dengan deteksi dini dan perubahan gaya hidup, kita dapat mengubah narasi dari sebuah ancaman senyap menjadi sebuah tantangan yang bisa kita taklukkan bersama.

Membangun kesadaran adalah langkah pertama. Dengan setiap pemeriksaan yang dilakukan, setiap pola makan yang diubah, dan setiap langkah yang diambil untuk hidup lebih sehat, kita sedang berinvestasi pada masa depan yang lebih baik—masa depan di mana diabetes tidak lagi menjadi ancaman yang tak terlihat, melainkan kondisi yang dapat dikelola dan dikendalikan.