Megadewa88portal,Jakarta – Pemerintah lewat Kementerian Keuangan menyalurkan dana Rp 200 triliun kepada lima bank besar milik negara. Tujuannya jelas, untuk memperkuat likuiditas sekaligus mendorong penyaluran kredit produktif agar ekonomi bergerak lebih cepat. Namun, menurut Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa, langkah besar ini justru membuat para direktur utama bank sempat “pusing”.

Lima bank yang menerima suntikan ini adalah Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, dan BSI. Dana jumbo tersebut seharusnya jadi peluang emas untuk memperbesar ekspansi kredit. Namun kenyataannya, para dirut bank menilai tidak mudah menyerap dana sebesar itu dalam waktu singkat.
Kenapa Dana Jumbo Malah Jadi Beban?
Salah satu alasan utama adalah soal kesiapan. Bank memang punya keleluasaan menggunakan dana Rp 200 triliun, tetapi tanpa strategi jelas, risiko kredit macet bisa meningkat. Menyalurkan pinjaman secara terburu-buru bisa membuat kualitas kredit menurun dan memicu NPL (non-performing loan).
Purbaya menyebut pemerintah akan memberi panduan khusus agar dana itu terserap lebih terarah. Salah satunya lewat program unggulan seperti Kredit untuk Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih, di mana bunga pinjaman di tanggung pemerintah sebesar 2 persen. Dengan begitu, penyaluran kredit tidak hanya cepat, tapi juga tepat sasaran.
Selain itu, bank harus mengantisipasi dinamika pasar. Jika dana besar di salurkan tanpa perhitungan matang, ada risiko bank kesulitan menjaga keseimbangan antara likuiditas, profitabilitas, dan manajemen risiko. Tantangan ini yang membuat para dirut “panik” ketika mendengar angka Rp 200 triliun.
Baca Juga : Stimulus Baru, Airlangga Optimistis Ekonomi RI 5,2%
Meski ada rasa was-was, kebijakan ini tetap dipandang sebagai langkah strategis untuk menjaga roda ekonomi nasional. Dana besar ini diharapkan bisa menurunkan suku bunga antarbank, memperluas kredit produktif, dan mendukung sektor UMKM yang selama ini jadi tulang punggung perekonomian Indonesia.
Kini semua bergantung pada bagaimana bank-bank BUMN ini mampu mengelola dana segar tersebut. Jika berhasil, suntikan Rp 200 triliun bisa jadi momentum besar memperkuat ekonomi rakyat. Namun jika tidak hati-hati, bisa berbalik jadi beban yang mengganggu stabilitas perbankan.

1 Komentar