Megadewa88 portal,Jakarta – Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi saksi bisu dari perdebatan sengit dan pemungutan suara yang krusial terkait dua isu sensitif di Timur Tengah: pelucutan senjata Hamas dan pengakuan penuh keanggotaan Palestina. Proses diplomasi yang berlangsung di New York ini menunjukkan kompleksitas hubungan internasional dan pandangan yang terpolarisasi di antara negara-negara anggota PBB.

PBB Bahas Penggunaan Hak Veto Rusia dalam Resolusi PBB soal Ukraina

Pemungutan Suara untuk Resolusi Pelucutan Senjata Hamas

Resolusi yang diusulkan oleh Amerika Serikat, yang menyerukan agar Hamas dilucuti senjatanya dan menghentikan kekerasan, gagal mendapatkan dukungan mayoritas. Meskipun mendapatkan dukungan signifikan dari beberapa negara, resolusi tersebut tidak berhasil memenuhi ambang batas yang diperlukan untuk disahkan. Beberapa negara, termasuk negara-negara di Timur Tengah dan Asia, menolak resolusi tersebut karena dianggap tidak adil dan hanya menyoroti satu pihak dalam konflik. Mereka berargumen bahwa resolusi tersebut seharusnya juga memasukkan tuntutan terhadap Israel, seperti penghentian pembangunan permukiman ilegal dan blokade di Gaza.

Baca Juga: MBS Tegaskan Dukungan Penuh Arab Saudi untuk Gaza dan Palestina

Kegagalan resolusi ini mencerminkan jurang perbedaan pandangan yang dalam di antara negara-negara anggota PBB. Bagi Amerika Serikat dan sekutunya, pelucutan senjata Hamas adalah langkah esensial untuk mengakhiri siklus kekerasan. Namun, bagi negara-negara lain, hal itu dianggap sebagai upaya untuk meredam perlawanan Palestina tanpa menyelesaikan akar masalah, yaitu pendudukan.

Pemungutan Suara untuk Status Keanggotaan Palestina

Di sisi lain, isu status keanggotaan Palestina di PBB juga menjadi agenda penting. Sebuah resolusi yang diusulkan untuk memberikan Palestina status keanggotaan penuh, bukan lagi hanya sebagai negara pengamat, berhasil meraih dukungan mayoritas dari negara-negara anggota. Hasil pemungutan suara ini merupakan kemenangan diplomatik bagi Otoritas Palestina dan negara-negara pendukungnya.

Meskipun mayoritas negara mendukung, Amerika Serikat sekali lagi menggunakan hak veto-nya di Dewan Keamanan PBB, yang secara efektif memblokir upaya Palestina untuk mendapatkan keanggotaan penuh. Tindakan ini memicu kekecewaan di kalangan banyak negara dan menunjukkan betapa sulitnya mencapai konsensus di PBB, terutama ketika isu-isu strategis dan kepentingan nasional berbenturan.

Dinamika pemungutan suara ini menjadi indikasi bahwa meskipun ada dorongan kuat dari komunitas internasional untuk memberikan pengakuan lebih besar kepada Palestina, rintangan politik masih sangat besar. Kejadian ini menegaskan bahwa masa depan solusi dua negara masih sangat bergantung pada dialog, kompromi, dan kemauan politik dari semua pihak yang terlibat, termasuk negara-negara besar di PBB.