MEGADEWA88 PORTAL, Jakarta -Ketua DPP PDI-P, Ribka Tjiptaning, menyampaikan bahwa beredar informasi mengenai adanya pihak-pihak tertentu yang memiliki agenda menurunkan perolehan suara PDI-P hingga hanya mencapai 7 persen pada Pemilu 2029 mendatang.

Ia mengungkapkan bahwa upaya-upaya tersebut dilakukan dengan maksud melemahkan kekuatan PDI-P serta mengganggu proses konsolidasi internal partai melalui tekanan dari berbagai sisi.
“Tujuannya jelas, mereka ingin agar PDI-P tidak solid, terlihat lemah, dan akhirnya kalah. Saya dengar langsung, ada yang menargetkan kita cuma dapat 7 persen di 2029. Mereka salah perhitungan. Justru dengan kondisi seperti ini, PDI-P akan bangkit,” ujar Ribka dalam acara peringatan 29 tahun tragedi Kudatuli di Kantor DPP PDI-P, Jakarta Pusat, Minggu (27/7/2025).
Baca Juga: Angka Kemiskinan Turun di Indonesia , Diharapkan Menjadi 0 Persen
Ia menegaskan bahwa segala bentuk tekanan, intimidasi, dan ketidakadilan justru akan menjadi pemicu semangat juang para kader PDI-P, bukan malah melemahkan.
“Kalau terus-terusan ditekan seperti ini, PDI-P justru akan makin besar. Begitulah karakter massa kami. Semakin ditekan, semakin solid. Mereka itu salah kalkulasi terhadap kita,” jelas Ribka.
Ribka juga menyampaikan bahwa karakteristik PDI-P adalah selalu menunjukkan keteguhan dan solidaritas tinggi saat menghadapi tekanan.
Karena itu, dia percaya bahwa situasi saat ini justru akan mempererat barisan perjuangan di tubuh partai.
“PDI-P punya semangat yang unik. Saat ditekan, bukan hancur, malah menguat. Mereka salah strategi,” tandasnya.
Baca Juga: Anggota DPR Soroti Potensi Pelanggaran Privasi dalam Transfer Data RI ke AS
Dalam momen tersebut, Ribka juga menyinggung beberapa pihak yang dulunya berjuang bersama, tetapi kini dianggap telah berdamai dengan kelompok yang dulu dianggap sebagai penindas.
“Di sana juga banyak teman lama, dari PRD dan lainnya. Dulu kita sama-sama berjuang. Perlu saya sebut satu-satu? Tapi sekarang mereka bisa berdamai dengan orang-orang yang dulu menculik mereka. Kalau saya, tidak bisa seperti itu. Itu soal prinsip politik. Biar saja beda,” pungkasnya.
Acara tersebut turut dihadiri oleh sejumlah tokoh partai dan keluarga korban.
Sebagai latar belakang, pada 27 Juli 1996 terjadi kerusuhan besar di Jakarta yang dikenal dengan nama Peristiwa Kudatuli, singkatan dari “Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli”.
Baca Juga: Kebijakan Dedi Mulyadi Soal Study Tour: “Selama ini study tour itu ibaratnya piknik”
Peristiwa tersebut menyebabkan lima orang meninggal dunia, 149 orang mengalami luka-luka, dan 23 lainnya dinyatakan hilang.
Kudatuli terjadi saat terjadi perebutan paksa kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro 58, Jakarta Pusat, dan tercatat sebagai salah satu catatan kelam dalam sejarah politik Indonesia

1 Komentar