Megadewa88portal,Jakarta – Pada September 2025, Amerika Serikat menolak permohonan visa Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, beserta sekitar 80 pejabat Otoritas Palestina lainnya. Keputusan ini langsung menimbulkan reaksi internasional karena Abbas di jadwalkan hadir di Sidang Umum PBB. Meski AS menolak visa, Abbas tetap bisa menyampaikan pidatonya secara virtual melalui resolusi PBB yang di setujui mayoritas anggota.

Langkah AS ini di klaim terkait ketidakpatuhan Otoritas Palestina terhadap Kesepakatan Oslo dan alasan keamanan nasional. Namun, keputusan tersebut menuai kritik keras karena di anggap menyalahi prinsip diplomasi PBB yang mengharuskan semua delegasi negara anggota mendapatkan akses untuk berpartisipasi secara adil. Banyak negara menilai kebijakan ini bisa memengaruhi proses perdamaian di Timur Tengah.

Reaksi Internasional dan Strategi Palestina

Penolakan visa ini memicu kecaman dari berbagai negara, termasuk sekutu dekat AS. Beberapa negara menegaskan akan memperkuat dukungan diplomatik bagi Palestina, termasuk kemungkinan pengakuan resmi terhadap negara Palestina. Abbas sendiri dijadwalkan berbicara melalui video di KTT internasional, fokus pada upaya memajukan solusi dua negara di tengah ketegangan.

Keputusan AS ini bukan sekadar persoalan visa, tapi simbol dinamika geopolitik yang lebih luas. Kebijakan satu negara ternyata bisa memengaruhi hubungan multilateral dan menimbulkan pertanyaan tentang konsistensi AS dalam mendukung proses perdamaian. Situasi ini juga menekankan pentingnya diplomasi multilateral, karena meski AS menolak, Abbas tetap bisa berpartisipasi lewat jalur PBB.

Baca Juga : Spanyol dukung ICC ungkap pelanggaran HAM Israel di Gaza

Bagi Palestina, penolakan visa ini menegaskan tantangan diplomasi mereka di kancah internasional. Sementara bagi komunitas global, langkah ini menjadi pengingat bahwa isu Timur Tengah tetap sensitif dan membutuhkan pendekatan diplomatik hati-hati agar stabilitas dan perdamaian jangka panjang dapat tercapai.